Sejarah pulau SERAm
Pulau Seram memiliki wilayah seluas 18.625 km2 , dengan panjang 340 km dan lebar 60 km. Titik tertingginya ialah Gunung Binaiya, setinggi 3.019m di atas permukaan laut.
Pulau Seram memiliki alam pegunungan dan hutan tropis. Produk-produk yang dihasilkan antara lain cengkih, pala, kopra, damar, sagu, ikan, dan minyak. Terdapat satu taman nasional yaitu Taman Nasional Manusela yang terkenal karena banyak hewan dan tumbuhan endemiknya. Untuk mencapai tempat ini dapat ditempuh melalui Desa Yaputih atau Hatu di Kecamatan Tehoru, kurang lebih 100km dari Masohi. Bisa juga melalui Desa Wahai, dibagian Seram Utara, yang rutenya melewati beberapa desa yaitu Hoaulu, Kanikeh, dan desa-desa kecil lainnya.
Penduduk
Orang-orang Alifuru dari daerah pegunungan Pulau Seram. Foto: KITLV
Penduduk aslinya adalah suku Alifuru. Terdapat juga Suku-suku primitif lainnya seperti Suku Hoaulu yang terletak desanya di daerah Seram bagian Utara. Namun sekarang telah banyak pendatang dari berbagai pulau di sekitarnya, terutama suku bangsa Tionghoa dan Arab
Administrasi
Secara administratif Pulau Seram dibagi menjadi tiga kabupaten: Kabupaten Maluku Tengah, Kabupaten Seram Bagian Barat, dan Kabupaten Seram Bagian Timur.
Sejarah
Misionaris Portugal berada di Pulau Seram pada abad ke-16. Pos dagang Belanda didirikan pada awal abad ke-17. Misionaris menyebarkan Agama Katolik di Pulau Seram pada saat itu. Pada 1650, Seram dikuasai oleh Belanda. Injil Josef Kam juga sampai di Pulau Seram.
Agama
Sebagian besar penduduk Seram menganut agama Islam, Protestan, Katolik, atau kepercayaan Animisme. Suku Manusela menganut jenis sinkretisasi Hindu. Untuk Agama Kristen Protestan, Gereja Protestan Maluku merupakan salah satu gereja tertua di Pulau Seram. Namun, sekarang terdapat juga beberapa gereja modern, seperti Gereja Sidang Jemaat Allah, Gereja Katolik, Gereja Bethel Indonesia, dll.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar